Sabtu, 28 April 2012

Untuk apa menikah?


Assalamualaikum wr, wb!

Jika hakikat pernikahan adalah karena SEX,
maka pasangan rajin bertengkar jika servis dikamar tidur tidak memuaskan.
 

Jika hakikat pernikahan adalah karena HARTA,
maka pasangan bakal bubar jika bangkrut.

Jika hakikat pernikahan adalah karena BEAUTY/BODY,
pasangan bakal lari jika rambut beruban dan muka keriput atau badan jadi gendut.

Jika hakikat pernikahan adalah karena ANAK,
maka pasangan akan cari alasan utk pergi jika buah hati (anak) tidak hadir.

Jika hakikat pernikahan adalah karena KEPRIBADIAN,
pasangan akan lari jika orang berubah tingkah lakunya.

Jika hakikat pernikahan adalah karena CINTA,
hati manusia itu tidak tetap dan mudah terpikat pada hal-hal yang lebih baik,
lagipula manusia yang dicintai pasti MATI / PERGI.

Jika hakikat pernikahan adalah karena IBADAH kepada ALLAH,
sesungguhnya ALLAH itu KEKAL dan MAHA PEMBERI HIDUP kpd makhluk-NYA

Dan ALLAH mencintai hambaNYA melebihi seorang ibu mencintai bayinya.

Maka tak ada alasan apapun didunia yang dapat meretakkan rumah tangga kecuali jika pasangan telah menyalahi aturan untuk BERNIAT IBADAH NIKAH KARENA ALLAH...

“Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)

“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama” (HR. Ibnu Majah)

“Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Tribute to: Saudara-saudara GP (Inspirasi-nya Keren)

Jumat, 27 April 2012

Bikin Foto Anda Jadi Emoticon di Facebook

Assalamualaikum wr, wb!
Salam kenal buat yang baru pernah kunjung di blog saya. Pernah merasa chat di Facebook membosankan dengan emoticon-emoticon yang gitu-gitu aja? Frustasi? atau mungkin galau? yah, ga usah galau karena ada cara buat chat di Facebook kamu jadi lebih variatif dan kali ini mau saya mau share cara bikin emoticon bermuatan foto kamu atau bisa juga di isi foto idola kamu atau foto-foto yang lain, pokoknya bebas sesuka anda (wah kang harry ga konsisten nih, kadang-kadang pake "kamu", trus kadang-kadang pake "anda"; Iya biar bisa merangkul semua kalangan. emoticon: senyum).

Ga usah panjang lebar nih step-stepnya;
1. Klik link ini
2. Klik Browser dan pilih yang ingin anda gunakan sebagai emoticon
3. Tunggu Upload selesai
4. Untuk yang pertama kali menggunakan klik "like" dan kemudian akan muncul kode.
5. Copy dan Paste kan ke Chat anda.

Selamat menikmati

Rabu, 25 April 2012

Allah Maha Adil!?

Assalamualaikum wr, wb!

Salam persahabatan dan salam kenal saya tujukan bagi para pengunjung setia dan pengunjung baru blog ini. Pada postingan ini saya membuat judul "Allah Maha Adil!?". Pasti ada yang ganjal, nih penulisnya kok ngasih tanda seru dan tanya. (emoticon : senyum). Asbabun entri ini adalah banyaknya orang yang tanya "Apakah Tuhan (Allah) Adil?" Huft... sebenarnya saya sudah ditanya tentang ini beberapa kali sebelum memposting entri ini, yaitu pada kelas tafsir (tau kan? bahas surat at-tiin), juga pada diskusi-diskusi dengan orang yang kufur nikmat (menyalahkan qada' atas keadaan yang ditimpakannya, kebetulan yang satu ini kasusnya karena kemiskinan. emoticon : GaJe) dan pada kesempatan kali ini saya mencoba mengabadikan sebuah artikel agar jika saya ditanya hal ini lagi dan lagi saya ga perlu capek-capek ngomong atau ngetik hal yang sama lagi. Jujur pertannyaan ini sangat mengharukan; karena menyimbolkan sebuah keraguan atas keadilan Allah itu sendiri. (Kang Harry mulai serius nih, KABUR!!!, emoticon : mringis). Well, akan saya jelaskan sambil dibumbui cerita agar lebih mudah diingat.

Al-Kisah, Allah memberikan kehidupan kepada Seorang anak laki-laki kecil dan teman sebayanya.. Keduanya diberikan profile (nasib) yang berbeda. Anak laki-laki kecil ini teru-menerus membandingkan kehidupan yang dimilikinya dengan yang dimiliki temannya. Mengapa baju yang dipunyai temannya selalu lebih bagus daripadanya? Mengapa mainan-mainan yang dimiliki temannya selalu lebih bagus dan lebih mahal dari yang dimilikinya? Why should it be different? (kang anak kecil ga bisa bahasa Inggris. Ini anak kecil genius. hihi)

Dalam sebuah perenungan mendalam yang bersambut dengan bijaknya Sang Ayah akhirnya Anak laki-laki kecil ini pun mendapatkan jawaban.

“anakku sayang, lelahkah kau membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan temanmu itu?” tanya Sang Ayah dengan lembut. Anak laki-laki kecil mengangguk perlahan.”. Pejuang kecilku sayang, apakah dengan begitu kau merasa menikmati kehidupanmu dengan bahagia?” sang Anak laki-laki kecil kini menggeleng perlahan.. Sang Ayah memegan pundak Si Pemberani Kecil “anakku, setiap manusia di muka bumi ini diberikan profil (nasib) kehidupan yang berbeda-beda, kau tahu mengapa dibedakan?” Sang anak menggeleng lagi. “mungkin kau bertanya bukankah Allah Maha Adil, lalu kenapa Dia menciptakan manusia ada yang kaya ada yang miskin, ada yang senang ada yang susah, ada yang sehat dan ada yang punya penyakit, ada yang fisiknya sempurna dan ada juga yang cacat fisiknya. Bukankah Allah Maha Adil?? lalu kenapa bisa ada perbedaan seperti itu??

“Anakku sayang, profil kehidupan yang diberikan Allah kepada setiap orang adalah hal yang sudah ditakar sedemikian rupa sehingga semuanya akan mengantarkan kepada hal yang sama. Hal yang sama itu adalah kebahagiaan. Kebahagiaan yang Allah berikan tidak bisa dinisbatkan pada harta yang banyak, baju yang mewah, fisik yang cantik atau tampan, terkenal atau punya jabatan. Tidak Nak, tidak sesederhana itu kita mendefinisikan kebahagiaan. Orang miskin memiliki kebahagiaan tersendiri yang mungkin jenisnya berbeda dengan yang dimiliki orang kaya, namun hakekatnya sama. Kau tidak bisa membandingkan dua kondisi yang berbeda wujudnya. Karena kau harus mengetahui dengan bijak dahulu definisi kebahagiaan yang sesungguhnya. Jika kau memandang orang yang memiliki kekayaan akan jauh lebih bahagia daripada orang miskin, maka jawabannya bisa iya bisa tidak. Bisa jadi orang miskin akan jauh lebih bahagia daripada orang kaya, orang cacat akan jauh lebih bahagia daripada orang yang fisiknya sempurna, semuanya bergantung pada satu hal. Yaitu bagaimana sang makhluk tersebut menghargai kehidupannya dan menjadikan kehidupan yang dititipkannya itu untuk meraih kebahagiaan yang sejati.”

“Jika dengan kemiskinan/kekurangan fisik, seseorang bisa bersabar atas kehidupan yang dijalaninya. Membuatnya menjadi orang yang gigih berjuang dan menyadari hakekat kehidupan dan kebahagiaan yang sejati, maka orang tersebut bisa kita katakan berhasil menjalani kehidupannya. Dia bisa menemukan kebahagiaan sejatinya dalam setiap keprihatinan yang dijalaninya dengan sabar dan berserah diri kepada Dzat yang memberinya kehidupan. Lain halnya dengan orang kaya yang setiap hari disibukkan dengan kegiatan mengumpulkan harta dan membelanjakannya sesuai dengan hawa nafsunya atau orang normal yang disibukkan dengan penggunakan fungsi-fungsi tubuhnya dengan lalai, memanfaatkan untuk mencuri, mencerca, melihat hal yang tidak halal, dan lain sebagainya?”

“Namun bisa juga terjadi sebaliknya, seorang miskin/kekurangan fisik yang selalu merutuk kehidupan yang dijalaninya. Menyesali dirinya mengapa dia miskin, mengapa dia tidak mempunyai tangan, sedangkan orang lain kaya, dan lainnya hidup dengan tangan yang normal, menyesali dirinya lemah tanpa daya dan tanpa usaha. Bahagiakah dia? berhasilkah dia dalam menjalani kehidupannya?

“Kita tidak bisa mengukur secara sekilas apa yang terjadi pada kehidupan setiap orang. Ada banyak parameter yang bermain dalam menentukan status kebahagiaan seseorang. Kita tidak bisa menilai dia atau siapapun lebih bahagia dari kita hanya dari parameter duniawi semata. Karena sesungguhnya masalah kehidupan dan kebahagiaan pada hakikatnya hanya diketahui yang bersangkutan dengan Dzat Pemiliki Kehidupan dan Kebahagiaan tersebut. Oleh karena itu, tidaklah bijak jika sepanjang hidup kita yang ada hanyalah membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Memang benar, ada kalanya kita perlu menjadikan kehidupan orang lain yang secara kasat mata terlihat, sebagai cermin. Namun, interpretasi pembandingan kehidupan tersebut juga harus dilakukan dengan bijak. Ada kalanya kita harus memandang orang di atas kita, dan ada kalanya kita juga harus memandang orang yang keadannya (menurut standar kita) lebih rendah dari kita. Tapi output pembandingan itu yang harus memiliki hasil positif bagi kehidupan kita sendiri. Jangan justru membuat kita malah merutuk, menyesali kehidupan yang sudah dipilihkan Allah untuk kita. Mengapa orang lain diberikan kekayaan lebih, mengapa orang lain diberikan jodoh lebih awal, mengapa orang lain diberikan jabatan, mengapa orang lain bisa melakukan sesuatu lebih mudah dari kita?? mengapa orang lain lebih pintar? Mengapa orang lain punya fisik yang sempurna? Masih ada banyak pertanyaan pembandingan yang bisa saja kita munculkan ketika kita diperlihatkan profil kehidupan orang lain yang secara kasat mata terlihat.”

“Dan adalah sebuah pilihan untuk kita akan mengeluarkan pertanyaan itu? Dan memilih efek yang terjadi ketika pertanyaan pembanding itu keluar? apa dampaknya buat kita? lebih bersyukur atau lebih bersabar? setiap kehidupan manusia ditentukan pada kadar terbaiknya. Kadar di mana setiap manusia bahkan yang paling miskin di dunia sekalipun untuk bisa merasakan kebahagiaan. Setiap kehidupan manusia ditentukan pada kadar terbaik yang bahkan manusia itu sndiri tidak bisa membayangkannya. Kehidupan yang diberikan dinamika dinamika tertentu yang bisa membuat manusia tersebut teruji kepercayaannya terhadap Dzat yang sudah memberikan kehidupan tersebut. Sungguh Maha Besar dan Maha Adil Allah Dzat penguasa Semesta Alam, yang bahkan daun jatuh di pegunungan sunyi pun diketahuiNya.”

“Seperti yang Ayah bilang, bagaimana kehidupan yang kita miliki dengan segala dinamikanya mampu mengantarkan kita pada kebahagiaan sejati. Bagaimana kita bisa bersabar dan bersyukur dalam menjalani kehidupan kita. Profil kehidupan yang telah dipilihkan dengan PERTIMBANGAN TERBAIK oleh Dzat yang Maha Terbaik dalam Mengambil keputusan. Tidak ada keraguan terhadap keputusanNya, karena Dia adalah Dzat yang suci dari KEKURANGAN dan KESALAHAN.”

“just try to find your trully happiness. buktikan kepada Allah yang memberikanmu kehidupan bahwa ujung dari kehidupan yang kau jalani ini adalah kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhirat nanti”.

Itulah kisah singkat yang agaknya akan membuka pikiran dan hati kita tentang begitu Hebatnya Allah SWT yang memiliki ke MAHA-ADILAN YANG TIDAK BISA DIUKUR DARI PENAMPAKAN LUAR CIPTAANNYA. ALLAH TELAH MEMBERIKAN SETIAP MANUSIA HAL YANG SUDAH DITAKAR SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA SEMUANYA AKAN MENGANTARKAN KEPADA HAL YANG SAMA.

YOUR LIFE IS YOUR CHOICE, DO NOT EVER HESITATE TO ALLAH! THEN FEEL THE TRUTH AND THE GLORY OF ISLAM!

Selasa, 24 April 2012

The precious of time



In our hopes to succeed, we may not be able to be successful sooner, if we waste the time.
If we swear, we use the word "for the sake of Allah".
When God spoke seriously, He (Allah) said, "By the time".
If it is calculated from the use of time, actually we all are losers. So, if you want to be a man that precedence success in a matter of time, always try to be aware of our values ​​in each slice of time.
If we realize how much we value each slice of time, not only nature, but all that is within the authority of God, will be asked to respect us!
so consider the use of our time and make sure that the use of our time is worth.

Minggu, 22 April 2012

Tugas Bahasa Arab New

Assalamualaikum wr, wb!
Teman-teman, tugas bahasa arab 2 kali ini disuruh membuat transcript dari file audio dibawah ini (seperti tugas listening pak aulia dulu);
Filenya ada 3, semuanya dikerjakan;
File Audio 1
File Audio 2
File Audio 3

Good Luck!!!
Kalau ga jelas comment aja dikolom bawah atau chat di FB kalau saya OL langsung ta jawab.

Meaning of Meaning


Semantics Assignment
Summary of Utterances, Sentences, Propositions and Meaning

Utterances
Utterances are the most concrete and noticeable among those four terms which are used to describe different levels of language. An utterance is produced by speaking (or writing) a piece of language. For example, when I say together, we are invincible. This categorize as one utterance. If another person in the same room also says together, we are invincible, and then we would be dealing with two utterances.

Sentences
Sentences are abstract grammatical elements obtained from utterances. Sentences are abstract because if a first and second person in the room say together, we are invincible with the same intonation, we will want to say that we have met two utterances of the sentences. Therefore, sentences are abstracted, or generalized, from actual language use. One example of this abstraction is direct quotation. If someone reports He said “Together, we are invincible”, she is unlikely to mimic the original speaker exactly. Usually the reporter will use her normal voice and thus filter out types out certain types of information. Speaker seems to recognize that at the level of the sentence these kinds of information are not important, and so discard them. So we can look at sentences from the point of view of the speaker, where they are abstract elements to be made real by uttering them; or from the hearer’s point of view, where they are abstract elements reached by filtering out certain kinds of information from utterances.

Propositions
Propositions can be described as the way of capturing part of the meaning of sentences. They are more abstract than sentences because the same proposition can be represented by several different statements. Moreover in non-statements like questions, orders, etc. they cannot be the complete meaning since such sentences include an indication of the speaker’s attitude to the propositions.
Further step of abstraction is possible for special purposes: to identify propositions in trying to establish rules of valid deduction, logicians discovered that certain elements of grammatical information in sentences were irrelevant. For example, the difference between active and passive sentences; Israel invades Palestine and Palestine is invaded by Israel. From a Logician’s perspective, these sentences are equivalent. Thus the grammatical differences between them will never be significant in a chain of reasoning and can be ignored. These sentences seem to share a description of the same state of affairs. If one is true all are true, if one is false all are false. To capture this fact, logicians identify a common proposition. Such a proposition can be represented in various special ways to avoid confusion with the various sentences which represent it
Some semanticists have borrowed from logicians both this notion of proposition and the use of logical formulae. As we shall see, some linguists employ this notion of proposition in their semantics analysis, often to identify a description of an event or situation which might be shared element in different sentences. For example, the statement Harry kicked the ball, the question Did Harry Kick the ball?, and the command Harry, Kick the ball! Those sentences might be seen to share a propositional element: HARRY KICK THE BALL. In this view, these different things with the same proposition: to assert it as a past event; to question it; or to request someone to bring it about.

Meaning
In linguistics, meaning is what the source or sender expresses, communicates, or covey in their message to the observer or receiver, and what the receiver infers from the current context.
According to Herbert Simon, Simon's basic thesis is that the meaning of a word, phrase, or sentence is to be found in the pattern of activations between neurons (rather, "symbol structures" at some aggregate level of analysis) that reading or hearing the expression induces. From the side of the originator, the meaning is that pattern of activations which induced the production of that particular expression. This point of view has some interesting consequences for interpretation and pedagogy that perhaps have been underappreciated. It especially makes clear that the linguistic, historical, and environmental context within which a phrase is received has a direct impact on the meaning of the phrase; furthermore, what follows the phrase is also part of the context, also helping to fix its meaning (disambiguate its interpretation).
Many descriptions and definitions are delivered by many linguists. The meaning of meaning is still debatable, because meaning has no concrete form. Meaning is more abstract than sentences and even propositions. One utterance may have more than one meaning. Sometimes, the meaning beyond one utterance depends on each of every people perspectives. However, the real meaning of meaning is still unrevealed by any linguist experts.

Name              : Hari Subagyo
Student’s No   : D05209036  

I've got this presentation file from my lecturer in semantics lecture. Download Here 
if you want to download my article about sentence, utterance, proposition and meaning. Download Here 

As Usual, you may read, copy-paste, and download any of PPT, Pdf, and Doc file in this blog as long as you do not forget to include where you get it from. 
Comment and Follow my blog to support me!

Thank You very much!

Sabtu, 21 April 2012

Semantics Presentation file

Assalamualaikum wr, wb!
At this time, I wanna share some links that contain the presentation file of mine and my friends.
Enjoy to download the semantics presentation file. I will post the articles about them later, so follow my blog, do not miss it. :D

okay here the links
ziddu.com
Polysemy 1
Polysemy 2
Meronymy 1
Hyponymy 1
Hyponymy 2
Synonymy
Homonymy
Antonymy

mediafire
Polysemy 1
Polysemy 2
Meronymy 1
Hyponymy 1
Hyponymy 2
Synonymy
Homonymy
Antonymy

do not forget to comment and join this blog...!!!
Thanks so much for ALL OF MY FRIENDS and ALL THE LOYAL VISITOR!

You may read, copy-paste, and download any of Ppt, Pdf, and Doc file in this blog as long as you do not forget to include where you get it from. 
Comment and Follow my blog to support me!

Jumat, 20 April 2012

Hyponymy


Based on James R. Hurford, Brendan Heasley, and Michael B. Smith (2007) Hyponym is a sense relation between predicates (or sometimes longer phrases) such that the meaning of one predicate (or phrase) is included in the meaning of the other.[1] Moreover Cruse (1986) define that hyponymy is the lexical relation corresponding to the inclusion of one class in another.[2] In a simple word we can define hyponym as a word that describes things more specifically, e.g.
a.      Carrot and cabbage are hyponyms of vegetable
b.      Rose and jasmine are hyponyms of flower
The more general term is called the superordinate or hypernym.[3] In that term, vegetable, is more general or inclusive in meaning than its hyponym carrot, which is much more specific in the kind of vegetable it describes. In other words, the predicate vegetable describes a particular region in plant space whose prototype (or focal) examples are fairly distinct from those of other plants, though we have seen that more peripheral members of the extension of vegetable tend to fade into other plants. But the term also subsumes (includes) more specific kinds of red within this region of plants space. In general, sense relationships involving hyponymy are usually structured in this way, with the superordinate term more abstract, general, or schematic than its hyponyms.[4]
When we consider hyponymous relations, we are essentially looking at the meaning of words in some type of hierarchical relationship. You could, in fact, represent the relationships between a set of words such as animal, ant, rose, jasmine, cockroach, dog, flower, cat, insect, living things, plant, flower and vegetable as a hierarchical diagram in the following way:
From this diagram, we can say that "cat is a hyponym of animal" or that 'ant is a hyponym of insect'. We can also say that two or more terms which share the same superordinate (higher-up) term are co-hyponyms. So, cat and dog are co-hyponyms, and the superordinate term is animal. The relation of hyponymy captures the idea of 'is a kind of, as when you give the meaning of a word by saying "rose is a kind of flower". It is often the case that the only thing some people know about the meaning of a word in their language is that it is a hyponym of another term. That is, you may know nothing more about the meaning of rose other than that it is a kind of flower.
It is worth emphasizing that it is not only words for 'things' that are hyponyms. Terms for actions, such as cut, punch, shoot and stab, can all be found as co-hyponyms of the superordinate term injure.[5]
If you want to download my presentation file, just click here.
If you want to download my friend presentation file, just click here 
If you want the article, download here

As Usual, you may read, copy-paste, and download any of PPT, Pdf, and Doc file in this blog as long as you do not forget to include where you get it from. Comment and Follow my blog to support me!


[1] James R. Hurford, Brendan Heasley, and Michael B. Smith. Semantics a Coursebook (USA: Cambridge University Press, 2007) p. 109
[2] Cruse. D.A. Lexical Semantics (Cambridge: Cambridge University Press, 1968) p. 88
[3] Saeed, John I. Semantics (Oxford: Blackwell pub ltd, 1997) p. 68
[4] James R. Hurford, Brendan Heasley, and Michael B. Smith. Semantics a Coursebook (USA:Cambridge University Press, 2007) p. 110                                                                             
[5] Yule, George. The study of language (New York: cambridge UNIVERSITY PRESS, 1996) p. 116-117

Kamis, 19 April 2012

Discourse Analysis

Assalamualaikum wr, wb!

Discourse analysis (DA), or discourse studies, is a general term for a number of approaches to analyzing written, spoken, signed language use or any significant semiotic event.
The objects of discourse analysis; discourse, writing, conversation, communicative event, etc. are variously defined in terms of coherent sequences of sentences, propositions, speech acts or turns-at-talk. Contrary to much of traditional linguistics, discourse analysts not only study language use 'beyond the sentence boundary', but also prefer to analyze 'naturally occurring' language use, and not invented examples. This is known as corpus linguistics; text linguistics is related. The essential difference between discourse analysis and text linguistics is that it aims at revealing socio-psychological characteristics of a person/persons rather than text structure.



Download file Discourse analysis for Presentation. Click Here!


Download Via Media Fire
Discourse analysis
Discourse analysis v2
Linguistics Elements in Discourse
Linguistics Elements in Discourse v2
The Roles of Contexts in Discourse
Topic and The Representation of Discourse Context
Topic and The Representation of Discourse Context v2
Staging and the representation of Discourse Structure
Staging and the representation of Discourse Structure v2
Staging and the representation of Discourse Structure v3 
Cohesive and Coherence of Discourse review by lecturer
Information Structure in Discourse
Information Structure in Discourse v2
The nature of reference in text and in discourse
Coherence in the Interpretation of Discourse



Download Via Ziddu.com
Discourse analysis
Discourse analysis v2
Linguistics Elements in Discourse
Linguistics Elements in Discourse v2
The Roles of Contexts in Discourse
Topic and The Representation of Discourse Context
Topic and The Representation of Discourse Context v2
Staging and the representation of Discourse Structure
Staging and the representation of Discourse Structure v2
Staging and the representation of Discourse Structure v3 
Cohesive and Coherence of Discourse review by lecturer
Information Structure in Discourse
Information Structure in Discourse v2
The nature of reference in text and in discourse 
Coherence in the Interpretation of Discourse




You may read, copy-paste, and download any of Ppt, Pdf, and Doc file in this blog as long as you do not forget to include where you get it from. 
Comment and Follow my blog to support me!

Senin, 16 April 2012

Silabus (Syllabus)

Assalamualaikum wr, wb!

 

Hey sobat, minggu ini saya mau berbagi cerita dan tentunya juga berbagi sesuatu yang menarik buat pengikut blog dan pengunjung setia.
Mulanya saya sebagai seorang mahasiswa pendidikan bahasa Inggris diwajibkan ikut suatu acara. Ya sebagai mahasiswa yang baik maka wajib hukumnya patuh pada perintah (selama perintahnya baik dan sesuai ajaran agama tentunya, hehehe...). Nama acaranya yaitu "Workshop ..." (maaf lupa soalnya ada kalau acara ini sudah sebulanan yang lalu, :)). Seperti workshop-workshop pada umumnya, workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa, lebih spesifik dalam membuat RPP dan Syllabus.
Acara workshop itu seingat saya diadakan jam 8 pagi tapi dengan sangat terpaksa saya datang telat (gara-gara apa hayo???). Saya kemudian sms salah satu panitia workshop kalau saya datang jam 9 pagi. Akhirnya dengan sangat tergesa-gesa hampir jam sepuluh saya datang (tepatnya jam berapa lupa deh...). Wow luar biasa, ternyata saya hanya telat sedikit, karena acara baru saja dimulai (temen-temen yang lain udah pada buka laptop sebelumnya sambil internetan buat nunggu acaranya dimulai, tau kan indikasinya apa!? hihihi). "Lega" itulah perasaan saat itu.
Pada awal-awal kita (saya dan temen-temen) terlihat cukup antusias dengan acara ini, ya karena ada rumor bahwasannya ini adalah sebagai bekal sebelum menjalani mata kuliah PPL 1. (Cukup logis, karena awal-awal masuk kuliah sempat bolong alias kosong ga ada pelajaran). Dari pembicara yang satu ganti yang seterusnya dan seterusnya lagi. Sampailah pada akhir acara (maaf nih saya sensor langsung bagian akhir soalnya kalau didetail malas ngetik, lagian pembaca juga Boring juga liat detailnya kan?!).
Diakhir acaranya ini saya sempat tertinggal beberapa instruksi dari bapak/ibu Dosen, karena pada saat itu harus melakukan sesuatu yang lain (ada hubungannya sama kebanyakan minum pokoknya...). Pada saat saya kembali ke kelompok saya sedikit kebingungan dengan duduk lesehan dan dikelompokkan lebih tertib setiap kelas mata kuliah PPL 1. Disini sudah mulai terasa, dalam hati saya berkata, "ini pasti bagi-bagi tugas ini". Seratus persen dugaan saya benar (kayak peramal aja kang harry ini, bukannya peramal para pengunjung yang budiman tapi kebanyakan polanya seperti itu disetiap acara yang diselenggarakan Jurusan diluar mata kuliah, ada acara, anda wajib datang dan anda dapat tugas, dikasih dead line, anda pulang. Gimana polanya Simple kan? hehehe).
Diakhir acara, perkelas PPL 1 mendapatkan bagian untuk merampungkan Silabus yang Deadline-nya hari ini tadi tanggal 16 April 2012. Setelah itu kami pulang. Beberapa minggu berlalu dengan perjuangan yang cukup keras karena harus diiringi dengan membuat tugas-tugas yang lain, kami berhasil merampungkan silabus tersebut. Itulah akhir cerita saya minggu ini (Garing banget mas harry endingnya, ya ga apa-apa yang penting Happy Ending. :D).
Inilah yang ditunggu para pembaca, ini saya share ya hasil dari pembuatan saya, silabus bahasa Inggris SMP kelas VIII yang berkarakter. Terima kasih!

Klik disini buat download silabus saya.